Rabu, 23 Maret 2011

GALAKSI for SMA Negeri 1 Rilau Ale

Semoga saja SMA Negeri 1 Rilau ALe mengirimkan perwakilan yang terbaik untuk mengikuti GALAKSI (Gebyar Lomba Kreasi Fisika) yang insyaALLAH akan dilaksanakan di Kampus 1 UIN Alauddin Makassar, pada tanggal 25 April 2011...

Dan kami harapkan semoga perwakilan dari SMA Negeri 1 Rilau Ale memberikan hasil yang terbaik (Amin), karena ini merupakan salah satu ajang untuk menunjukkan kepada sekolah-sekolah lain, bahwa ternyata ada yang namanya SMA Negeri 1 Rilau Ale

Setidaknya ada kebanggaan dari kami (Alumni SMA Negeri 1 Rilau Ale) jika adik-adik memberikan hal yang terbaik. Karena harapan kami ada di pundak adik-adik...

Do'a kami selalu menyertai seluruh keluuarga SMA Negeri 1 Rilau ALe...
...SUKSES SELALU...

Senin, 14 Maret 2011

buat nag RiaL klas 3

Semaga UN nanti berjalan dengan lancar, nd hasilnya tidak mengecewakan..
karena setiap da usaha pasti ada hasil...
urusan lulus, tidak lulusnya kita hanya bisa berusaha dan diiringi dengan do'a..
karena kelulusan itu da di tangan kita sendiri..

Jangan berhenti berusaha...
tetap semangat..

Sabtu, 12 Februari 2011

for Alumni SMA Negeri 1 Rilau Ale

SALAM ALUMNI SMA Negeri 1 Rilau Ale
Kami harapkan kepada semua alumni SMA Negeri 1 Rilau Ale agr setiap tahunnya mengadakan Try Out, khusus untuk adik-adik kelas 3 (tiga) yang akan melaksanakan Ujian Akhir Nasional, sebagai tanda partisipasi teman-teman. Sekaligus memberikan pengarahan kepada adik-adik yang mau melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi. Mengarahkan adik-adik ke Perguruan Tinggi dan pemilihan jurusan yang sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Setidaknya ada gambaran yang diberikan kepada adik-adik sebelum memilih Perguruan Tinggi dan atau jurusan yang ingin dipilihnya. Sehinnga kedepannya adik-adik tidak salah pilih jurusan yang akan berdampak kurang baik bagi adik-adik kita.
Kalau tahun ini tidak bisa, saya harapkan di tahun-tahun yang akan datang teman-teman melaksanakan kegiatan ini. Karena kami fikir Alumni SMA Negeri 1 Rilau Ale sudah mampu jadi pemateri bagi adik-adik, kare dapat dilihat  dari teman-teman alumni yang sudah banyak kuliah diberbagai Perguruan Tinggi dan jurusan yang beragam.
Atas perhatiannya, kami mengucapkan Terima Kasih...
"SALAM ALUMNI SMA Negeri 1 Rilau Ale"

"Kita mampu karena kita ada"

Rabu, 02 Februari 2011

Dinamakan BULUKUMBA karena???


Mitologi penamaan “Bulukumba”, konon bersumber dari dua kata dalam
bahasa Bugis yaitu “Bulu’ku” dan “Mupa” yang dalam bahasa Indonesia berarti “masih gunung milik saya atau tetap gunung milik saya”. Mitos ini pertama kali muncul pada abad ke – 17 Masehi ketika terjadi perang saudara antara dua kerajaan besar di Sulawesi yaitu kerajaan Gowa dan kerajaan Bone. Di pesisir pantai yang bernama “tanah kongkong”, disitulah utusan Raja Gowa dan Raja Bone bertemu, mereka berunding secara damai dan menetapkan batas wilayah pengaruh kerajaan masing-masing. “Bangkeng Buki”, yang merupakan barisan lereng bukit dari Gunung Lompo Battang diklaim oleh pihak kerajaan Gowa sebagai batas wilayah kekuasaannya mulai dari Kindang sampai ke wilayah bagian timur. Namun pihak kerajaan Bone berkeras mempertahankan Bangkeng Buki sebagai wilayah kekuasaannya mulai dari barat sampai ke selatan. Berawal dari peristiwa tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam bahasa Bugis “Bulukumupa”, yang kemudian pada tingkatan dialeg tertentu mengalami perubahan proses bunyi menjadi “Bulukumba”.
Konon sejak itulah nama Bulukumba mulai ada, dan hingga saat ini resmi menjadi sebuah kabupaten. Peresmian Bulukumba menjadi sebuah nama kabupaten dimulai dari terbitnya Undang–undang nomor 29 tahun 1959, tentang Pembentukan Daerah–daerah Tingkat II di Sulawesi, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba nomor 5 tahun 1978, tentang Lambang Daerah. Akhirnya setelah dilakukan seminar sehari pada tanggal 28 Maret 1994 dengan narasumber Prof. Dr. H. Ahmad Mattulada (ahli sejarah dan budaya), maka ditetapkanlah hari jadi Kabupaten Bulukumba, yaitu tanggal 4 Februari 1960 melalui Peraturan Daerah nomor 13 tahun 1994.
kantor pemdaSecara yuridis formal Kabupaten Bulukumba resmi menjadi daerah tingkat II setelah ditetapkan Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba oleh DPRD Kabupaten Bulukumba pada tanggal 4 Februari 1960 dan selajutnya dilakukan pelantikan Bupati Pertama yaitu Andi Patarai pada tanggal 12 Februari 1960.
Slogan Kabupaten Bulukumba
Paradigma Kesejarahan, kebudayaan, dan keagamaan memberikan nuansa moralitas dalam sistem pemerintahan yang pada tatanan tertentu menjadi etika bagi struktur kehidupan masyarakat melalui satu prinsip “Mali’ siparappe, Tallang sipahua”. Ungkapan yang mencerminkan perpaduan dari dua dialek bahasa Bugis – Makassar tersebut merupakan gambaran sikap batin masyarakat Bulukumba untuk mengembang amanat persatuan di dalam mewujudkan keselamatan bersama demi terciptanya tujuan pembangunan lahir dan batin, material dan spritual, dunia dan akhirat.
Nuansa moralitas ini pula yang mendasari lahirnya slogan pembangunan “Bulukumba Berlayar” yang mulai disosialisasikan pada bulan September 1994 dan disepakati penggunaannya pada tahun 1996. Konsepsi “Berlayar” sebagai moral pembangunan lahir batin mengandung filosofi yang cukup dalam serta memiliki kaitan kesejarahan, kebudayaan dan keagamaan dengan masyarakat Bulukumba. “Berlayar”, merupakan sebuah akronim dari kalimat kausalitas yang berbunyi “Bersih Lingkungan Alam Yang Ramah”.
Filosofi yang terkandung dalam slogan tersebut dilihat dari tiga sisi pijakan yaitu:
Sejarah (Historis)
Bulukumba lahir dari suatu proses perjuangan panjang yang mengorbankan harta, darah dan nyawa. Perlawanan rakyat Bulukumba terhadap kolonial Belanda dan Jepang menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 diawali dengan terbentuknya barisan “merah putih” dan “laskar brigade pemberontakan Bulukumba angkatan rakyat”. Organisasi yang terkenal dalam sejarah perjuangan ini, melahirkan pejuang yang berani mati menerjang gelombang dan badai untuk merebut cita–cita kemerdekaan sebagai wujud tuntutan hak asasi manusia dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Kebudayaan (kultural)
Dari sisi budaya Bulukumba telah tampil menjadi sebuah “legenda modern”, dalam kancah percaturan kebudayaan Nasional. Bahkan melalui industri budaya dalam bentuk perahu baik itu perahu jenis phinisi, padewakkang, lambo, pajala, maupun jenis lepa–lepa yang telah berhasil mencuatkan nama Bulukumba di dunia Internasional. Kata layar memiliki pemahaman terhadap adanya subyek yang bernama perahu sebagai suatu refleksi kreatifitas masyarakat Bulukumba.
Keagamaan (Religius)
Masyarakat Bulukumba telah bersentuhan dengan ajaran agama Islam sejak awal abad ke – 17 Masehi, yang diperkirakan tahun 1605 M. Ajaran agama islam ini dibawa oleh 3 (tiga) ulama besar (waliyullah) dari pulau Sumatera yang masing–masing bergelar Dato Tiro (Bulukumba), Dato Ribandang (Makassar), dan Dato Patimang (Luwu). Ajaran Agama Islam yang berintikan tasawwuf ini menumbuhkan kesadaran religius bagi penganutnya dan menggerakkan sikap keyakinan mereka untuk berlaku zuhut, suci lahir batin selamat dunia dan akhirat dalam kerangka tauhid “Appasewang” (meng Esakan Allah SWT).

BULUKUMBA


KABUPATEN BULUKUMBA

Kabupaten Bulukumba adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Bulukumba. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.154,67 km² dan berpenduduk sebanyak 394.757 jiwa (berdasarkan sensus penduduk 2010). Kabupaten Bulukumba mempunyai 10 kecamatan, 24 kelurahan, serta 123 desa.
Letak Wilayah
Secara kewilayahan Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi, yakni dataran tinggi pada kaki Gunung Bawakaraeng – Lompobattang, dataran rendah, pantai, dan laut lepas. Kabupaten Bulukumba terletak di ujung bagian selatan ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan, terkenal dengan industri perahu phinisi yang banyak memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah. Luas wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,67 Km2 dengan jarak tempuh dari Kota Makassar sepanjang 153 Km.

Letak Geografis

Secara geografis Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat antara 5o 20” sampai 5o 40” Lintang Selatan dan 119o 50” sampai 120o 28” Bujur Timur.
Batas-batas Wilayah: -Sebelah Utara : Kabupaten Sinjai -Sebelah Selatan : Laut Flores -Sebelah Timur : Teluk Bone -Sebelah Barat : Kabupaten Bantaeng.

Sejarah Singkat

Mitologi penamaan "Bulukumba", konon bersumber dari dua kata dalam bahasa Bugis yaitu "Bulu’ku" dan "Mupa" yang dalam bahasa Indonesia berarti "masih gunung milik saya atau tetap gunung milik saya".
Mitos ini pertama kali muncul pada abad ke–17 Masehi ketika terjadi perang saudara antara dua kerajaan besar di Sulawesi yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone. Di pesisir pantai yang bernama "Tana Kongkong", di situlah utusan Raja Gowa dan Raja Bone bertemu, mereka berunding secara damai dan menetapkan batas wilayah pengaruh kerajaan masing-masing.
Bangkeng Buki' (secara harfiah berarti kaki bukit), yang merupakan barisan lereng bukit dari Gunung Lompobattang diklaim oleh pihak Kerajaan Gowa sebagai batas wilayah kekuasaannya mulai dari Kindang sampai ke wilayah bagian timur. Namun pihak Kerajaan Bone berkeras memertahankan Bangkeng Buki' sebagai wilayah kekuasaannya mulai dari barat sampai ke selatan.
Berawal dari peristiwa tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam bahasa Bugis "Bulu'kumupa", yang kemudian pada tingkatan dialek tertentu mengalami perubahan proses bunyi menjadi "Bulukumba". Konon sejak itulah nama Bulukumba mulai ada, dan hingga saat ini resmi menjadi sebuah kabupaten.
Peresmian Bulukumba menjadi sebuah nama kabupaten dimulai dari terbitnya Undang–Undang Nomor 29 Tahun 1959, tentang Pembentukan Daerah–daerah Tingkat II di Sulawesi, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 5 Tahun 1978, tentang Lambang Daerah.
Akhirnya setelah dilakukan seminar sehari pada tanggal 28 Maret 1994 dengan narasumber Prof. Dr. H. Ahmad Mattulada (ahli sejarah dan budaya), maka ditetapkanlah hari jadi Kabupaten Bulukumba, yaitu Tanggal 4 Februari 1960 melalui Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 1994.
Secara yuridis formal Kabupaten Bulukumba resmi menjadi daerah tingkat II setelah ditetapkan Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba oleh DPRD Kabupaten Bulukumba pada tanggal 4 Februari 1960 dan selanjutnya dilakukan pelantikan bupati pertama yaitu Andi Patarai pada tanggal 12 Februari 1960.

Slogan Kabupaten Bulukumba

Paradigma kesejarahan, kebudayaan, dan keagamaan memberikan nuansa moralitas dalam sistem pemerintahan yang pada tatanan tertentu menjadi etika bagi struktur kehidupan masyarakat melalui satu prinsip "Mali’ siparappe, Tallang sipahua."
Ungkapan yang mencerminkan perpaduan dari dua dialek bahasa Bugis – Makassar tersebut merupakan gambaran sikap batin masyarakat Bulukumba untuk mengemban amanat persatuan di dalam mewujudkan keselamatan bersama demi terciptanya tujuan pembangunan lahir dan batin, material dan spiritual, dunia dan akhirat.
Nuansa moralitas ini pula yang mendasari lahirnya slogan pembangunan "Bulukumba Berlayar" yang mulai disosialisasikan pada bulan September 1994 dan disepakati penggunaannya pada tahun 1996. Konsepsi "Berlayar" sebagai moral pembangunan lahir batin mengandung filosofi yang cukup dalam, serta memiliki kaitan kesejarahan, kebudayaan, dan keagamaan dengan masyarakat Bulukumba.
"Berlayar", merupakan sebuah akronim dari kalimat kausalitas yang berbunyi "Bersih Lingkungan, Alam Yang Ramah". Filosofi yang terkandung dalam slogan tersebut dilihat dari tiga sisi pijakan yaitu sejarah, kebudayaan, dan keagamaan.

Pijakan Sejarah (History)

Bulukumba lahir dari suatu proses perjuangan panjang yang mengorbankan harta, darah, dan nyawa. Perlawanan rakyat Bulukumba terhadap kolonial Belanda dan Jepang menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1945 diawali dengan terbentuknya "barisan merah putih" dan "laskar brigade pemberontakan Bulukumba angkatan rakyat". Organisasi yang terkenal dalam sejarah perjuangan ini, melahirkan pejuang yang berani mati menerjang gelombang dan badai untuk merebut cita–cita kemerdekaan sebagai wujud tuntutan hak asasi manusia dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Pijakan Kebudayaan (Culture)

Dari sisi budaya, Bulukumba telah tampil menjadi sebuah "legenda modern" dalam kancah percaturan kebudayaan nasional, melalui industri budaya dalam bentuk perahu, baik itu perahu jenis phinisi, padewakkang, lambo, pajala, maupun jenis lepa–lepa yang telah berhasil mencuatkan nama Bulukumba di dunia internasional. Kata layar memiliki pemahaman terhadap adanya subjek yang bernama perahu sebagai suatu refleksi kreativitas masyarakat Bulukumba.

Pijakan Keagamaan (Religion)

Masyarakat Bulukumba telah bersentuhan dengan ajaran agama Islam sejak awal abad ke–17 Masehi, yang diperkirakan tahun 1605 M. Ajaran agama Islam ini dibawa oleh tiga ulama besar (waliyullah) dari Pulau Sumatera yang masing–masing bergelar Dato Tiro (Bulukumba), Dato Ribandang (Makassar), dan Dato Patimang (Luwu). Ajaran agama Islam yang berintikan tasawwuf ini menumbuhkan kesadaran religius bagi penganutnya dan menggerakkan sikap keyakinan mereka untuk berlaku zuhud, suci lahir batin, selamat dunia dan akhirat dalam kerangka tauhid "appasewang" (meng-Esa-kan Allah SWT).

Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba

Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Bulukumba Nomor: 13 Tahun 1987, maka ditetapkanlah Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba, sebagai berikut:
Makna Lambang Daerah:
1. Perisai Persegi Lima
Melambangkan sikap batin masyarakat Bulukumba yang teguh memertahankan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.
2. Padi dan Jagung
Melambangkan mata pencaharian utama dan merupakan makanan pokok masyarakat Bulukumba. Bulir padi sejumlah 17 bulir melambangkan tanggal 17 sebagai tanggal kemerdekaan RI. Daun jagung sejumlah 8 menandakan bulan Agustus sebagai bulan kemerdekaan RI. Kelopak buah jagung berjumlah 4 dan bunga buah jagung berjumlah 5 menandakan tahun 1945 sebagai tahun kemerdekaan RI.
3. Perahu Phinisi
Sebagai salah satu mahakarya ciri khas masyarakat Bulukumba, yang dikenal sebagai "Butta Panrita Lopi" atau daerah bermukimnya orang yang ahli dalam membuat perahu.
4. Layar perahu phinisi berjumlah 7 buah
Melambangkan jumlah kecamatan yang ada di Kabupaten Bulukumba, tetapi sekarang sudah dimekarkan dari tujuh menjadi 10 kecamatan.
5. Tulisan aksara lontara di sisi perahu "Mali Siparappe, Tallang Sipahua"
Mencerminkan perpaduan dari dua dialek Bugis-Makassar yang melambangkan persatuan dan kesatuan dua suku besar yang ada di Kabupaten Bulukumba.
6. Dasar Biru
Mencerminkan bahwa Kabupaten Bulukumba merupakan daerah maritim.

10 Kecamatan

Awal terbentuknya, Kabupaten Bulukumba hanya terdiri atas tujuh kecamatan (Ujungbulu, Gangking, Bulukumpa, Bontobahari, Bontotiro, Kajang, Herlang), tetapi beberapa kecamatan kemudian dimekarkan dan kini “butta panrita lopi” sudah terdiri atas 10 kecamatan.
Ke-10 kecamatan tersebut adalah:
1. Kecamatan Ujungbulu (Ibukota Kabupaten)
2. Kecamatan Gantarang
3. Kecamatan Kindang
4. Kecamatan Rilau Ale
5. Kecamatan Bulukumpa
6. Kecamatan Ujungloe
7. Kecamatan Bontobahari
8. Kecamatan Bontotiro
9. Kecamatan Kajang
10. Kecamatan Herlang
Dari 10 kecamatan tersebut, tujuh di antaranya merupakan daerah pesisir sebagai sentra pengembangan pariwisata dan perikanan yaitu Kecamatan Gantarang, Kecamatan Ujungbulu, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang, dan Kecamatan Herlang.
Tiga kecamatan lainnya tergolong sentra pengembangan pertanian dan perkebunan, yaitu Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau Ale, dan Kecamatan Bulukumpa.

Topografi

Morfologi Ruang

Morfologi Daratan

Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0 s/d 25 meter di atas permukaan laut meliputi tujuh kecamatan pesisir yaitu: Kecamatan Gantarang, Kecamatan Ujungbulu, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang, dan Kecamatan Herlang.

Morfologi Bergelombang

Daerah bergelombang dengan ketinggian antara 25 s/d 100 meter dari permukaan laut meliputi bagian dari Kecamatan Gantarang, Kecamatan Kindang, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang, Kecamatan Herlang, Kecamatan Bulukumpa, dan Kecamatan Rilau Ale.

Morfologi Perbukitan

Daerah perbukitan di Kabupaten Bulukumba terbentang mulai dari Barat ke utara dengan ketinggian 100 s/d di atas 500 meter dari permukaan laut meliputi bagian dari Kecamatan Kindang, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale.

Ketinggian

Wilayah Kabupaten Bulukumba lebih didominasi dengan keadaan topografi dataran rendah sampai bergelombang. Luas dataran rendah sampai bergelombang dan dataran tinggi hampir berimbang yaitu jika dataran rendah sampai bergelombang mencapai sekitar 50,28% maka dataran tinggi mencapai 49,72%.

Klimatologi

Kabupaten Bulukumba mempunyai suhu rata-rata berkisar antara 23,82 °C – 27,68 °C. Suhu pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Berdasarkan analisis Smith – Ferguson (tipe iklim diukur menurut bulan basah dan bulan kering) maka klasifikasi iklim di Kabupaten Bulukumba termasuk iklim lembab atau agak basah.
Kabupaten Bulukumba berada di sektor timur, musim gadu antara Oktober – Maret dan musim rendengan antara April – September. Terdapat 8 buah stasiun penakar hujan yang tersebar di beberapa kecamatan yakni: stasiun Bettu, stasiun Bontonyeleng, stasiun Kajang, stasiun Batukaropa, stasiun Tanah Kongkong, stasiun Bontobahari, stasiun Bulo–bulo dan stasiun Herlang.
Daerah dengan curah hujan tertinggi terdapat pada wilayah barat laut dan timur sedangkan pada daerah tengah memiliki curah hujan sedang sedangkan pada bagian selatan curah hujannya rendah.
Curah hujan di Kabupaten Bulukumba sebagai berikut:
•Curah hujan antara 800 – 1000 mm/tahun meliputi Kecamatan Ujungbulu, sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian besar Bontobahari
•Curah hujan antara 1000 – 1500 mm/tahun meliputi sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian Bontotiro
•Curah hujan antara 1500 – 2000 mm/tahun meliputi Kecamatan Gantarang, sebagian Rilau Ale, sebagian Ujung Loe, sebagian Kindang, sebagian Bulukumpa, sebagian Bontotiro, sebagian Herlang dan Kecamatan Kajang
•Curah hujan di atas 2000 mm/tahun meliputi Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau Ale, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Herlang.

Jenis Tanah

Tanah di Kabupaten Bulukumba didominasi jenis tanah Latosol dan Mediteran. Secara spesifik terdiri atas tanah Alluvial Hidromorf coklat kelabu dengan bahan induk endapan liat pasir terdapat dipesisir pantai dan sebagian di daratan bagian utara. Sedangkan tanah regosol dan mediteran terdapat pada daerah-daerah bergelombang sampai berbukit di wilayah bagian barat.

Hidrologi

Sungai di kabupaten Bulukumba ada 32 aliran, yang terdiri dari sungai besar dan sungai kecil. Sungai-sungai ini mencapai panjang 603,50 km dan yang terpanjang yaitu sungai Sangkala yakni 65,30 km, sedangkan yang terpendek adalah sungai Biroro yakni 1,50 km. Sungai-sungai ini mampu mengairi lahan sawah seluas 23.365 Ha.

Minggu, 30 Januari 2011

Reuni Akbar IKA SMA Negeri 1 Rilau Ale

SMA NEGERI 1 RILAU ALE

Ikatan Alumni SMA Negeri 1 Rilau Ale (IKA) Kabupaten Bulukumba bekerjasama dengan pengurus OSIS SMA Negeri 1 Rilau Ale mengadakan Reuni Akbar di pelataran kantor Camat Rilau Ale, Bulukumba, Sabtu, 25 Desember 2010


--------------------------------------
Reuni Akbar SMA Negeri 1 Rilau Ale

Sabtu, 25 Desember 2010


Bulukumba, Ikatan Alumni SMA Negeri 1 Rilau Ale (IKA) Kabupaten Bulukumba bekerjasama dengan pengurus OSIS SMA Negeri 1 Rilau Ale mengadakan Reuni Akbar di pelataran kantor Camat Rilau Ale, Bulukumba, Sabtu, 25 Desember 2010. Acara dimulai mulai pukul 10.00 Wita.

"Reuni ini adalah untuk yang kedua kalinya kami selenggarakan. Meski SMAN 1 Rilau Ale masih berusia muda, para alumninya pun yang paling pertama adalah angkatan 2006." Akan tetapi prestasi yang selama ini diberikan membuktikan kualitas dan integritas SMA Negeri 1 Rilau Ale di kabupaten Bulukumba.

Reuni Akbar ''Smansa Rial'' juga diselingi dengan Bazaar and Band Competition dengan menyuguhkan spesial performance Benyamin Band dari Makassar sebagai bintang tamu.

"Kami optimis bisa menjadikan ini sebagai wadah silaturrahim sekaligus menemukan ide-ide segar untuk kemajuan Smansa Rial pada khususnya dan alumni maupun siswa sekolah ini pada umumnya,
Drs. Alimuddin


enhy-iccaana-isna-illa-sity
 


Alumni 09
Alumni 06
                                       



benyamin band

alumni sma rilau ale 09 n 10







Suara Kami

Satu kata yang terucap adalah "SYUKUR". Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan perassan kami saat ini dan pasti untuk selamanya.. Banyak hal yang tidak mungkin kami lupakan saat melewati hari-hari besama keluarga besar SMA Negeri 1 Rilau Ale, baik itu bersama teman-teman, guru, maupun masyarakat setempat. Ilmu yang diberikan guru-guru kami saat masih sekolah sangatlah bermanfaat untuk meraih masa depan yang cerah dan kami akan manfaatkan sebaik mungkin. Dan itu pasti menjadi harapan mereka dan kami akan mewujudkannya "INSYA ALLAH" amin.
untuk itu kami berterima kasih kepada guru-guru, staf, dan pengurus sekolah SMA Negeri 1 Rilau ALe:
  1. Pak Alimuddin (KepSek)
  2. Pak Ilham (Biologi)
  3. Pak Hasisba (FISIKA)
  4. Pak Tatong (Sejarah)
  5. Pak Awal (Ekonomi)
  6. Pak Imran (Bhs. Indinesia)
  7. Pak Syahrul (Seni)
  8. Pak Timung (Bhs. Indonesia)
  9. Pak Hamzah (Biologi)
  10. Pak Israk (Olahraga)
  11. Pak Ramli (Geografi)
  12. Pak Jufri (Matematika)
  13. Pak Hilal (Olahraga)
  14. Pak Nasir (Sosiologi)
  15. Pak Syakir (Fisika)
  16. Pak Samad (Ekonomi)
  17. Pak Muslim (Bhs. Inggris)
  18. Pak Alwi (Bhs. Jerman)
  19. Pak Idris (Bhs. Inggris)
  20. Pak Said (Mantan Kepsek)
  21. Kr. Olleng (Security)
  22. Ibu Rasyidah (Kimia)
  23. Ibu Mahniar (Kimia)
  24. Ibu Supiati (Agama Islam)
  25. Ibu Supiani (Agama ISlam)
  26. Ibu Nidar (TIK dan Akuntansi)
  27. ibu Fatma (Bhs. Inggris)
  28. Ibu Darmawati (Bhs. Jerman)
  29. Ibu Hj. Norma (Kewarganegaraan)
  30. Ibu Jusma (Bhs. Inggris)
  31. Ibu Jusma (sejarah)
  32. Ibu Masniati (Matematika)
  33. Ibu Edann (Perpus)
  34. dll
"Mohon maaf jika nama dan gelar tidak sesuai "
Terima Kasih atas ilmu yang diberikan selama ini semoga apa yang kami cita-citakan dapat tercapai, dan pasti kami tidak akan pernah melupakan jasa-jasa Bapak dan Ibu semua.............

Dan kami juga meminta maaf jika selama ini ada perbuatan kami yang tidak berkenang di hati bapak atau ibu serta teman-teman semua....
Jujur sampai saat ini kami masih merindukan PUTIH ABU-ABU

Selasa, 25 Januari 2011

The New Generation of RiaL

Sekolah ini mungkin sekolah yang seumuran jagung, yang berlokasi di sebelah barat kota Bulukumba, tepatnya di kecamatan Rilau Ale, Jl. Pemuda. Karena tepat berdiri di atas tanah Rilau Ale maka dinamakan SMA Negeri 1 Rilau Ale atau biasa kita dengar dengan sebutan Smansa RiaL. Terbentuknya sekolah ini didasari karena timbulnya semangat perubahan, perkembangan dan keinginan masyarakat Rilau Ale untuk menjadikan masyarakat berpendidikan, berkualitas dan islami karena melihat adanya potensi yang dimilikinya.
Dari tahun ke tahun perkembangan sekolah ini dapat dikatakan berkembang pesat dan mulai diperhitungkan di kabupaten Bulukumba. Hal tersebut dapat dilihat pada berbagai ajang perlombaan yang sering kali meraih hasil yang membanggakan baik itu dalam bidang olah raga, karya ilmiah, seni, pramuka dan lain sebagainya. Selain itu persentase kelulusan tiap tahunnya juga sangat memuaskan.
Persentase kelulusan juga sebanding dengan Alumni SMA Negeri 1 Rilau Ale yang melanjutkan pendidikannya kePerguruan Tinggi baik Negeri maupun Swasta,Militer, dan masih banyak lagi, bahkan sudah banyak dari Alumni SMA Negeri 1 Rialau Ale ini yang bekerja di instansi pemerintahan, guru, dll. Di bebereapa perguruan tinggi pun alumni SMA Negeri 1 Rilau ale ini yang menjadi mahasiswa yang berpengaruh, maksudnya adalah menjadi mahasiswa yang berprestasi baik itu dalam perkuliahan, organisasi intra ataupun ekstra.